Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Orang Memanggilnya Si Pesimis

Bukankah kebanyakan orang selalu memulai cerita dengan kata-kata yang begitu murahan seperti, “Pada suatu ketika” atau, “di malam itu” atau yang lebih murahan lagi, “legenda menyebutkan.” Pernah kau memperhatikan itu? Para ibu senang betul berkata jika kebanyakan kisah tidak benar dan biasanya tidak dimulai seperti apa yang kau harapkan. Mereka dimulai pada suatu hari yang biasa dengan orang-orang biasa.                         Inilah salah satu dari kisah itu... November sudah hampir habis. Si Pesimis – begitulah orang-orang memanggil dirinya – justru semakin tidak waras. Kesedihannya semakin menjadi-jadi. Kegelisahannya semakin menguasai dirinya. Ketika ia buang tahi sekitar pukul delapan pagi tadi, ia merenung lebih lama dari sebelumnya. Lama ia berjongkok, bukan karena susah mengeluarkan tahi-tahinya, melainkan ia sedang memikirkan banyak hal. Pikirannya penuh, tapi hatinya kosong. Tubuhnya kian menua, tapi hatinya serasa bayi yang cengeng. Lalu, sambil menikmati saat-s

Mencintai Diri Sendiri

Matahari sudah menyala jingga, namun Renata masih menangis mengguguk-guguk di teras rumahnya sesudah membaca buku yang judulnya cukup membuat dahi Betty mengkerut. Betty yang menyaksikan langsung membawa diri duduk di sebelah gadis yang baru saja mengalami patah hati. “Sakit hatimu jangan dibenarkan dengan membaca buku cengeng seperti itu.” kata Betty spontan sambil menarik kursi. “Setidaknya separuh luka-luka masa laluku terwakilkan di sini. Semua yang terangkum di buku ini sama persis seperti aku yang tengah merayakan kehilangan.” jawab Renata. Betty menyahut, “Anggap saja itu pelajaran yang datang dari Tuhan. Qod jaaa`atkum mau’izhotum mir robbikum wa syifaaa`ul limaa fish-shuduuri! ”. “Aku tidak memintamu untuk pamer ayat!" “Justru pitutur ayat tadi bisa membasuh hatimu yang sedang pilu. Tuhan tidak pernah salah mempertemukanmu dengan seseorang. Terkadang ada luka-luka yang mendewasakan untuk menjadikan kita sebagai manusia yang lebih baik dalam menyanyangi sesa

Nikmat Sholawat: Diutamakan Saat Kiamat

Tahun 2017 lalu, aku pernah mengulas sedikit pengalaman tentang mengamalkan shalawat bersama teman-temanku. Niat awal hanya ingin mengabadikan perjalanan yang sederhana dan penuh makna. Tetapi di luar dugaan alhamdulillah tulisanku diterima banyak orang, bahkan ada yang termotivasi   untuk ikut mengamalkan sehari seribu shalawat. Selain yang pernah kutuliskan sebelumnya, sebetulnya sampai sekarang pun banyak keajaiban-keajaiban kecil yang aku dapat berkat fadhilah mengamalkan shalawat. Misalnya sebulan yang lalu aku sempat mengalami kesulitan perekonomian. Uang tabungan sudah defisit untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran yang tak terduga. Apalagi ketika musim nikahan di sana-sini, bayar arisan yang selalu nombokin, ongkos magang yang over budgeting , itu cukup membikin kepalaku mumet tak keruan. Ditambah uang saku yang diberikan ibu tidak seberapa dan kadang masing kurang. Sedihnya aku sampai harus jual kedua cincinku supaya bisa bayar arisan setiap minggunya. Samp