Maaf, hijrahku palsu. Aku minta maaf atas hijrahku yang sempat kurusak. Aku membiarkan lelaki itu menjelajahi tubuhku. Setengah dari diriku membiarkannya untuk terus melanjutkan aksinya yang lancang. Tapi, setengah diriku yang lainnya menolak. Ada perih yang terasa di dada. Aku tak tahu itu pertanda apa. Dengan bodohnya, aku masih membiarkan lelaki itu membuka kancing kemejaku. Aku ingin menolak namun suaraku tercekat. Seperti ada sesuatu yang menghalangi pita suaraku. Aku hanya memejamkan mata dan berharap lelaki itu berhenti berbuat bejat terhadapku. Dugaanku salah. Ia tetap membelai kepalaku, kemudian ke tangan. Aku semakin memejamkan mata. Tak ingin menatap mata lelaki bejat itu. Sekali lagi aku ingin berteriak, tapi setengah diriku yang jahat membungkam mulutku agar tetap diam dan menikmatinya. Aku tak bisa menolaknya, ada hangat yang menjalar ke sekujur tubuhku. Namun, perih di dada semakin terasa. Perang batin berkecamuk di hatiku. Ingatan masa lalu seketika m
Aku benci hujan dan rahasia. Hujan sibuk mengekalkan kenangan. Rahasia sibuk menciptakan penasaran. Selamat datang. Jangan lupa untuk pulang.